Sekilas Tentang Upacara Rambu Solo'
Secara Harfiah Upacara Adat Kematian dan pemakaman di Toraja itu disebut dengan Rambu Solo'. Rambu =Asap sedangkan Solo' = turun (arah). Berdasarkan makna itu, maka Rambu Solo' adalah upacara yang dilakukan ketika matahari mulai terbenam.
Kata lain dari Aluk Rambu Solo' ialah Aluk Rampe Matampu', yakni Aluk berarti keyakinan, aturan. Rampe= bagian dan Matampu'= Barat. Jadi Aluk Rampe Matampu'ialah upacara yang dilakukan/dilaksanakan di sebelah barat Rumah atau Tongkonan.
Aluk Todolo (Agama Leluhur) / Alukta. Memiliki kepercayaan atau aturan yang disebut dengan aturan 7777 (pitung sa'bu pitu ratu' pitung pulo pitu) dengan bahasa lain dalam masyarakat Toraja Aluk Sanda Pitunna. Aturan ini dianggap mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam hubungannya dengan pemujaan kepada arwah dan leluhur. Aturan 7777 mencakup aspek tentang kehidupan manusia, aturan pemujaan kepada Puang Matua (Sang Pencipta) , aturan tentang bagaimana menyembah kepada sang pemelihara ( dewata-dewata) dan aturan tentang bagaimana menyembah/memuna leluhur sebagai pengawas dan pemberi berkat. Pemujaan kepada leluhur dalam masyarakat Toraja disebut dengan persembahan kepada To Membali Puang (arwah leluhur).
Mengapa Orang Toraja mengadakam upacara Rambu Solo'? Menrut Tangdilintin (1981) konsep dasar kepercayaan Alukta adalah sebagai berikut:
A. Ajaran azas percaya dan memuja kepada 3 dewa
B. Ajaran azas pemujaan dan penyembahan kepada leluhur.
3 dewa itu ialah: (1) Deata (dewa) Tangana Langi' -> pemelihara di langit , (2) Deata (dewa) kapadanganna ->pemelihara bumi. (3). Deata (dewa) tangana Padang -> pemelihara isi tanah (laut, sungai dan tanah).
Dalam masyarakat Toraja sekarang unsur pemujaan kepada Dewa nampak dan diabadikan dalam bentuk monumen dan tradisi. Monumen yang lahir dari kepercayaan itu, misalnya simbuang batu (menhir) , erong, peti kubur, peti kubur batu dan tau-tau (patung). Dalam bentuk tradisi adalah proses perilaku, kesenian seperti ma'badong dan lain-lain.
Sumber: Natsir, Muhammad Sitonda. 2005. Toraja Warisan Dunia. PT. Pustaka Refleksi. (Hal. 55-61)
Komentar
Posting Komentar